DEFINISI
Wheezing dan/atau batuk dengan karakteristik
timbul secara episodik dan/atau kronik, cenderung pada malam/dini hari
(nokturnal), musiman, adanya faktor pencetus dia antaranya aktivitas fisis, dan
bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya
riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarganya, sedangkan sebab-sebab
lain sudah disingkirkan.
Batuk Kronik Berulang (BKB) adalah batuk
yang berlangsung lebih dari 14 hari dan/atau tiga atau lebih episod dalam waktu
3 bulan berturut-turut.
PATOFISIOLOGI
Asma merupakan suatu proses inflamasi kronik
yang khas, melibatkan dinding saluran respiratorik, menyebabkan terbatasnya
aliran udara dan peningkatan reaktivitas saluran nafas. Sejalan dengan proses
inflamasi kronik, perlukaan epitel bronkus akan merangsang proses reparasi
saluran respiratorik yang menghasilkan perubahan struktural dan fungsional yang
menyimpang yang dikenal dengan istilah remodeling.
Asma dihubungkan dengan manifestasi atopi
melalui mekanisme IgE-dependent.
Adanya paparan terhadap alergen akan ditangkap oleh sel dendritik yang
merupakan Antigen Presenting Cells
yang utama dalam saluran nafas, kemudian sel dendritik berpindah menuju daerah
yang banyak mengandung limfosit. Sel dendritik mendorong polarisasi sel Th0
menuju Th2 yang akan memproduksi sitokin yang terlibat dalam asma, yaitu IL-4,
IL-5, IL-9, IL-13, dan IL-16.
Paparan alergen inhalasi dapat menimbulkan
respons alergi fase cepat maupun fase lambat. Reaksi cepat dihasilkan oleh aktivasi
sel-sel yang sensitif terhadap alergen IgE spesifik terutama sel mast dan
makrofag. Ikatan antara sel dan IgE mengawali reaksi biokimia serial yang
menghasilkan sekresi mediator-mediator seperti histamin, proteolitik dan enzim
glikolitik dan heparin serta mediator newly
generated seperti prostaglandin, leukotrien, adenosin dan oksigen reaktif
yang akan menginduksi kontraksi otot polos saluran respiratorik dan
menstimulasi saraf aferen, hipersekresi mukus, vasodilatasi dan kebocoran
mikrovaskuler.
Fase lambat akan terjadi lepasnya sel
lekosit pro inflamasi terutama eosinofil dan sel prekursornya dari sumsum
tulang ke dalam sirkulasi.
Kombinasi kerusakan sel epitel, perbaikan
epitel yang berlanjut, produksi berlebih faktor pertumbuhan profibrotik/transforming
growth factors (TGF-b) dan proliferasi serta diferensiasi fibroblas menjadi
myofibroblas merupakan proses yang penting dalam remodeling saluran
respiratorik.
Gejala khas pada asma meliputi batuk, sesak
dan wheezing disertai hipereaktivitas saluran respiratorik terhadap berbagai
rangsangan. Penyebab utama penyempitan saluran respiratorik adalah kontraksi
otot polos bronkus yang diprovokasi oleh pelepasan agonis dari sel-sel
inflamasi. Agonis yang dimaksud meliputi histamin, triptase, prostaglandin D2,
dan leukotrien C4 dari sel mast, neuropeptida dari saraf aferen setempat dan
asetilkolin dari saraf aferen postganglionik.
Kontraksi otot polos saluran respiratorik
diperkuat oleh penebalan dinding saluran nafas akibat edema akut, infiltrasi
sel-sel inflamasi dan remodeling, hiperplasia dan hipertrofi kronis otot polos,
vaskuler, dan sel-sel sekretori serta
deposisi matriks pada dinding saluran repiratorik. Hambatan saluran
respiratorik juga bertambah akibat produksi sekret yang banyak, kental, dan
lengket oleh sel goblet dan kelenjar submukosa, protein plasma yang keluar
melalui mikrobaskular bronkus dan debris selular.
DIAGNOSIS DAN
KLASIFIKASI
Wheezing berulang dan/atau batuk kronik
berulang merupakan titik awal utuk menegakkan diagnosis. Sehubungan dengan
kesulitan mendiagnosis asma pada anak kecil, khususnya anak di bawah 3 tahun,
respons yang baik terhadap bronkodilator dan steroid sistemik (5hari) dan
dengan penyingkiran penyakit lain, diagnosis asma menjadi lebih definitif.
Untuk anak yang sudah besar (>6thn) pemeriksaan faal paru sebaiknya
dilakukan dengan peakflow meter atau spirometer. Uji provokasi bronkus dengan
histamin, metakolin, latihan (exercise), udara kering dan dingin, atau dengan
NaCl hipertonis, sangat menunjang diagnosis.
Diagnosis asma anak dapat didukung dengan 3
cara yakni didapatkannya :
1. Variabilitas pada PFR atau FEV1 >
15%
Variabilitas
harian adalah perbedaan nilai (peningkatan/penurunan) hasil PFR dalam 1 hari. Penilaian
yang baik dapat dilakukan dengan variabilitas mingguan yang pemeriksaannya
berlangsung > 2 minggu.
2. Reversibilitas
pada PFR atau FEV1 > 15%
Reversibilitas
adalah perbedaan nilai (peningkatan) PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi
bronkodilator.
3. Penurunan
> 20% pada FEV1 (PD20 atau PC20) setelah provokasi
bronkus dengan metakolin atau histamin
Klasifikasi
derajat penyakit asma anak
Parameter klinis, kebutuhan obat,
dan faal paru
|
Asma Episodik
Jarang
|
Asma Episodik
Sering
|
Asma Persisten
|
1. Frekuensi serangan
|
< 1x / bulan
|
> 1x / bulan
|
Sering
|
2. Lama serangan
|
< 1 minggu
|
> 1 minggu
|
Hampir sepanjang tahun, tidak ada
remisi
|
3. Intensitas serangan
|
Biasanya ringan
|
Biasanya sedang
|
Biasanya berat
|
4. Di antara serangan
|
Tanpa gejala
|
Sering ada gejala
|
Gejala siang dan malam
|
5. Tidur dan aktivitas
|
Tidak terganggu
|
Sering terganggu
|
Sangat terganggu
|
6. Pemeriksaan fisis di luar serangan
|
Normal
|
Mungkin terganggu
|
Tidak pernah normal
|
7. Obat pengendali (anti inflamasi)
|
Tidak perlu
|
Perlu
|
Perlu
|
8. Uji faal paru (di luar serangan)
|
PEF/FEV1 > 80%
|
PEF/FEV1 60 – 80%
|
PEF/FEV1 < 60%
Variabilitas 20-30%
|
9. Variabilitas faal paru (bila ada serangan)
|
> 15%
|
>30%
|
>50%
|
PREVENSI DAN INTERVENSI DINI
Atopi
merupakan faktor risiko yang nyata untuk menetapnya hiperreaktivitas bronkus
dan gejala asma. Terdapat hubungan antara pajanan alergen dengan sensitisasi.
Pajanan yang tinggi berhubungan dengan peningkatan gejala asma pada anak.
Pengendalian
lingkungan harus dilakukan untuk setiap anak asma. Penghindaran terhadap asap
rokok merupakan rekomendasi penting. Keluarga dengan anak asma dianjurkan tidak
memelihara binatang berbulu. Perbaikan ventilasi ruangan, dan penghindaran
kelembaban kamar perlu untuk anak yang sensitif terhadap debu rumah dan
tungaunya.
Sumber :
Pedoman Nasional Asma Anak – UKK Pulmonologi PP
Ikatan Dokter Anak Indonesia 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar